Koranriau.com, Jakarta - Musim pengumuman laporan keuangan emiten saham untuk kinerja semester I-2014 segera tiba. Kabar baiknya, menurut riset sejumlah perusahaan keuangan, kinerja emiten sektor perbankan di Tanah Air diprediksikan masih moncer.
Ambil contoh, riset Jaj Singh, Equity Research Standard Chartered (Stanchart) cabang Singapura. Riset yang dipublikasikan 11 Juli lalu memprediksikan, kinerja emiten perbankan yang akan dirilis mulai 17 Juli mendatang tidak akan mengecewakan.
Perkiraan Stanchart, rata-rata pertumbuhan laba emiten perbankan Indonesia pada kuartal II-2014 masih tumbuh 10 persen ketimbang kuartal yang sama tahun 2013. Tapi, dibandingkan kuartal I 2014, laba emiten perbankan turun 3 persen.
Menurut Stanchart, penopang laba perbankan pada tiga bulan kedua tahun ini adalah kenaikan pendapatan. Prediksinya, rata-rata pendapatan perbankan naik 14 persen daripada kuartal II-2013.
Tapi riset Stanchart memberikan catatan khusus terhadap sejumlah bank, seperti Bank Danamon Tbk (BDMN) dan Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) kedua bank ini dinilai menghadapi tekanan karena tingginya biaya dana alias cost of fund.
NIM Danamon dan BTN masing-masing turun 150 basis point (bps) dan 42 bps pada kuartal I lalu. Kondisi ini kemungkinan berlanjut pada kuartal II-2014.
Riset JP Morgan yang dirilis 10 Juli 2014 juga memperkirakan kondisi yang kurang lebih mirip dengan prediksi Stanchart. Menurut JP Morgan, NIM sejumlah bank besar di Indonesia hanya naik tipis. Kenaikan NIM tahun ini merupakan kesuksesan perbankan di Indonesia menyiasati antara biaya dana dan biaya kredit.
Benar tidaknya prediksi dua lembaga keuangan dunia itu, tentu saja masih harus dicocokkan dengan laporan keuangan perbankan. Yang terang, kabar baik ini berpotensi menjadi katalis positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Maklum, saham-saham emiten perbankan termasuk penggerak pasar saham.
Lihat saja indeks saham sektor keuangan, termasuk saham perbankan, yang sejak akhir 2013 hingga kemarin, tercatat menanjak 25,74 persen. Sebagai perbandingan, di periode sama, IHSG tumbuh 17,47 persen ke level 5.021,06, kemarin.
Ahmad Baequni, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyatakan, pertumbuhan bisnis bank berkode saham BBRI masih sama dengan rata-rata industri perbankan. Hingga akhir 2014, Baequni berharap, BRI bisa mempertahankan NIM di level 8,75 persen.
Emiten saham berkode BBRI ini masih mengandalkan pendapatan bunga dari kredit mikro. "Pendapatan bunga kami memang besar porsinya, terutama dari kredit mikro," tutur Baequni, Senin (14/7/2014).
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri menilai, penurunan pertumbuhan laba perbankan sebenarnya masih wajar untuk menjaga tingkat kredit macet (NPL). "Sangat tidak mungkin bank menaikkan lagi bunga kredit. Jadi, bank mengorbankan laba untuk menjaga kualitas aset," ujarnya.