Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Berlantai Tanah, Berdinding Papan dan Beratap Rumbia Melihat Kondisi SD Air Mabuk

Sulthan
Saturday 14 May 2011, 5/14/2011 WIB Last Updated 2015-02-25T07:34:44Z
Sekolah SD Air Mabuk, yang kondisinya sangat memprihatinkan, terletak jauh dari perkotaan dan serba kekurangan seperti sarana dan prasarana. Untuk transportasi, mereka harus menggunakan sarana angkutan air, sampan atau motor pompong untuk bisa sampai ke sekolah. Gedung sekolah yang berlantai tanah, dinding papan dan beratap daun rumbia, disitulah tempat anak-anak untuk menimbah ilmu dan guru-guru memberikan asupan pendidikan sekolah. “Tolong kami diperhatikan terkait pembangunan gedung sekolah, maupun biaya transportasi agar sedikit lebih ditingkatkan sesuai dengan medan yang harus kami lalui setiap harinya. Saat ini, terus terang cukup tinggi biaya hidup yang kami keluarkan setiap bulannya. Sebab untuk mencapai tempat mengajar, tidak ada jalan lain kecuali lewat jalur air,”ungkap Iwan, Kepala SD Air Mabuk kepada Dumai Pos kemarin di Selatpanjang.


Diungkapkannya, kalau dulu sebelum ada perahu bermesin mereka terpaksa mendayung sampan sendiri. Menempuh jarak lebih kurang 3 kilo meter harus dilewati dengan peluh dan keringat membasahi badan. Kadang, tiba di sekolah pakaian dikenakan harusnya sudah diganti. Tapi karena berbagai keterbatasan, pakaian itu akhirnya kering sendiri di badan. 
Selain karena fokus sebagai pengajar, juga karena ademnya
atap rumbia sekolah itu. Mendayung sampan setiap kali berangkat ke sekolah dan pulang sekolah, ada kalanya juga untuk menyehatkan badan. “Namun di benak kita, saat mendayung perahu yang hanya memuat empat orang atau lima penumpang itu, kadang terbesit pikiran menerawang jauh di sana. Satu profesi teman kita, mereka ke sekolah dengan kenderaan roda dua, mengajar di tempat yang layak. Wangi siswa anak perkotaan tidak membuat kita risih apalagi jijik. Dapat tunjangan insentif dan bantuan lainnya, tanpa harus mengalami apa yang kita rasakan.”katanya menceritakan.
Timbul pertanyaan dalam hati. Kadang justru berontak untuk
meninggalkan tugas. Namun panggilan sanubari mengatakan dan menguatkan untuk bertahan, demi kecintaan terhadap bola mata anak didik yang jernih, senantiasa mengharapkan pengetahuan dari sang gurunya. Inilah pilar utama sebagai benteng pertahanan yang dapat mengalahkan seluruh godaan untuk membuyarkan misi.”Kita jalani waktu dari hari kehari, bulan ke bulan dan tahun berganti tahun, prinsip dan motivasi mengajar kita tetap membara, walau berbagai tantangan kian mendera,”keluh Iwan mendesah.
Komentar

Tampilkan

  • Berlantai Tanah, Berdinding Papan dan Beratap Rumbia Melihat Kondisi SD Air Mabuk
  • 0

Terkini

Topik Populer