Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Mempertanyakan Kedaulatan Migas RI

Sulthan
Thursday 6 November 2014, 11/06/2014 WIB Last Updated 2015-02-12T20:30:36Z
Koranriau.com - Belum genap sebulan pemerintahan di bawah kepemimpinan jokowi melakukan kebijakan kurang populis yakni menaikan harga bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut di tempuh dengan alasan demi menyelematkan ekonomi dan menjaga agar anggaran negara tetap sehat dan tidak mengalami inflasi. pemerintah berasumsi tidak ada opsi lain selain harus menempuh jalan pahit tersebut. namun jika kita telaah lebih jauh kenaikan harga BBM ini hampir selalu terjadi setiap periode pergantian pemerintahan , kita tentu masih ingat di mana kebijakan yang menimbulakn pro dan kontra di masyarakat tersebut juga di lakukan pada pemrintahan era megawati dan SBY, Terhitung selama dua periode menjabat sebagai presiden,  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak empat kali. Rinciannya, tiga Kali kenaikan dilakukan pada saat SBY berdampingan dengan Jusuf Kalla (JK) dan satu kali pada masa pemerintahan SBY-Boediono, meskipun dalam catatan terjadi pula penurunan kembali di sesuaikan dengan penurunan  harga minyak dunia.

Untuk mengobati rasa kekecewaan rakyat terhadap kebijakan kenaikan BBM tersebut pemrintah era SBY menelurkan kebijakan yang di namakan dengan dana bantuan langsung tunai atau BLT yang jumlahnya ratusan ribu, pada era jokowi dengan nama lain juga menelurkan kebijakan yang di istilahkan banyak pihak dengan nama kartu sakti yaitu kartu Indonesia pintar dan kartu Indonesia sehat yang kemarin telahpun  di sosialisasikan di bebrapa tempat di Jakarta.

Setiap kenaikan harga minyak yang paling merasakan dampaknya secara langsung adalah rakyat atau  masyarakat pada golongan menengah kebawah yang masih banyak hidup dalam taraf kemiskinan, di mana penghasilan mereka yang pas-pasan mesti memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tak jarang jauh dari berkecukupan. apalagi Jumlah masyarakat  miskin di negeri ini menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang, sekitar 11,25%. Mereka inilah  inilah yang mesti di pikirkan oleh pemerintah agar himpitan ekonomi tidak semakin mendera. apapun rupa dan ragam bentuk bantuan tersebut hendaknya benar-benar tepat sasaran dan bermanfaat besar bagi masyarakat. jangan sampai mereka yang mestinya berhak menerima bantuan malah tidak mendapatkan jika ini di biarkan  tentu akan menimbulkan   kerawanan sosial di tengah-tengah masyarakat.

Melihat masih sulitnya rakyat mendapatkan bahan bakar minyak murah, tidak ada salahnya pemerintah saat ini mengkaji kembali kebijakan ekspor migas yang kini masih terus berlangsung. logikanya jika kebutuhan dalam negeri sendiri belum tercukupi maka buat apa ekspor terus di lakukan.namun menurut sebagian  peneliti sebenarnya potensi migas RI masih besar dan belum terkelola secara makasimal, terutama di Indonesia timur, kebutuhan minyak Indonesia sangat besar dan terus meningkat di mana saat ini mencapai 1,5 juta barel per hari. Namun produksinya hanya 796.500 barel per hari. Sedangkan cadangan minyak ri menurut sebagian peneliti hanya mampu bertahan lebih kurang dua puluh tahun lagi.jika ini tidak di antisipasi sesegera mungkin oleh pemerintah maka di kawatirkan beberapa tahun kedepan indonesia akan mengalami defisit akut terhadap migas.

Sebenarnya negara ini mempunyai banyak potensi selain migas untuk di kembangkan sebagai energi alternatif pengganti minyak. mengutip pendapat sebagian  pakar perminyakan Indonesia selama ini dengan jargon negara kaya akan sumber daya alamnya, hinga lupa diri untuk memanfaatkan potensi alam yang besar tersebut demi kemaslahatan rakyat . apalagi pengelolaan potensi alam tersebut telahpun di jamin dalam uud pasal 33 ayat 1.tinggal bagaimana mengubah minsed dari pola konsumtif beralih ke produktif.

Maka untuk menuju negara yang berdaulat di bidang energi pemerintah mesti membuat regulasi yang pro rakyat. Kedaulatan tersebut semakin nyata jika pemerintah mendukung pihak swasta untuk mengembangkan energi alternatif yang masih belum di garap secara maksimal.pemerintah mesti merebut kembali kedaulatan energi yang selama ini masih kurang adil di rasakan oleh negara, di mana dalam hal pengelolaan dana bagi hasil yang
di dapat pemerintah tidak sebanding dengan keuntungan yang di dapat investor asing. Kedaulatan energi baru terwujud jika pemerintah mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari para pada pengelola asing sehingga dana yang besar tersebut bisa di salurkan kembali kemsayarakat dengan kebijakan yang pro rakyat seperti pembangunan infrastrukur dan sumber daya manusia.


Selain pemerintah mesti mengkaji kembali program subsidi bahan bakar minyak yang selama ini banyak yang tidak tepat sasaran.di mana banyak golongan menengah keatas yang menikmati subsidi murah yang seharusnya di peruntukkan bagi rakyat miskin. Maka semua itu kembali lagi  kepada pemerintah sebagai pemangku kebijakan apakah tetap berkutat pada masalah kenaikan BBM ini dari tahun ketahun atau merintis jalan menuju kedaulatan minyak dan gas.

Oleh: muhamamd Rafi, S.Sos
Staf  pengajar lembaga Education Colleg
Bermukim di Kabupaten Siak
Komentar

Tampilkan

  • Mempertanyakan Kedaulatan Migas RI
  • 0

Terkini

Topik Populer