Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Mahasiswa Kampar Nyaris Bakar Diri di Istana

Sulthan
Thursday, 6 November 2014, 11/06/2014 WIB Last Updated 2015-02-12T20:30:36Z
Illustrasi
Koranriau.com, Jakarta - Kecewa terhadap penegakan hukum yang dinilai jalan di tempat, lima mahasiswa yang mengaku berasal dari Univesitas Islam Riau mengelar aksi jahit mulut di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Aksi tersebut dilakukan menyusul tidak adanya perkembangan penegakan hukum terhadap Bupati Kampar Jefri Noer yang diduga melakukan tindak pidana korupsi.

"Kita sudah capek ngomong. Percuma saja kita ngomong hasilnya juga enggak ada. Lebih baik kita aksi jahit mulut, diam, jelas kan?" ujar Anton, koordinator aksi di KPK, Jakarta, Jumat (31/10/2014).

Mahasiswa yang menamakan 'Gerakan Rakyat Kampar' atau GERAK ini mengungkapkan beberapa dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan Jefri di antaranya Program Pusat Pelatihan Petanian Pedesaan Swadaya Masyarakat (P4S) Kubang Raya.

Menurut Anton, pelaksanaan program tersebut berada di tanah milik Jefri sendiri. Selain itu pengadaan baju koko senilai Rp 4 miliar. Baju tersebut dibeli Jefri saat kampanye calon bupati. Setelah terpilih, kata Jefri, bupati menganggarkan pembelian baju koko tersebut pada anggaran daerah.
Dalam kasus pengadaan baju koko, kepolisian sudah menetapkan dua orang sebagai tersangka yakni Firdaus selaku pemegang proyek pengadaan baju koko dan kepala bidang pengadaan barang.

Ketiga, dugaan kasus alih fungsi hutan di Kampar Kiri dan Siak Hulu yang diduga fiktif. Keempat adalah meminta kelanjutan kasus penganiayaan yang dilakukan istri bupati, Eva Yuliana.
"Kita harus jumpai ketua KPK minimal pimpinan. Kalau tidak, kita enggak pulang. Semakin lama kita di sini semakin tinggi resiko kita jadi mayatnya di sini," tukas Anton yang mengaku akan beraksi ke Mabes Polri dan Istana Negara.

Ancam Bakar Diri

Tampaknya aksi yang dilakukan mahasiswa asal Kampar tak main-main lagi. Meski 4 orang telah melakukan aksi jahit mulut, para mahasiswa juga akan lakukan aksi bakar diri di depan Istana Negara.

"Kami akan lakukan aksi bakar diri di depan Istana Negara. Supaya presiden Jokowi tahu, bahwa kami para mahasiswa yang mewakili rakyat Kampar sudah dizalimi oleh kepala daerah (Jefri Noer) yang berkuasa sekarang di Kabupaten Kampar," tutur Koordinator Lapangan (Korlap) Gerakan Rakyat Kampar (GERAK) Anton, Minggu (2/11).


Anton menambahkan, aksi yang dilakukan mereka merupakan puncak dari kekesalannya terhadap hukum yang berlaku di Riau. Karena, dia bersama teman-temannya telah menuntut upaya hukum terhadap Jefri yang diduga melakukan korupsi tetapi tidak ada hasil dari pihak penegak hukum. 


"Lihat saja dari dulu sampai sekarang, berbagai kasus Bupati Kampar (Jefry Noer) tidak pernah prosesnya lanjut. Dan kebanyakan yang lain jadi korbannya sedang Bupati Kampar hanya dijadikan saksi biasa selalu," ungkapnya.


Kedatangannya ke Jakarta dan menuju gedung KPK merupakan upaya untuk mendapatkan keadilan karena selama ini Bupati Kampar Jefri Noer telah melakukan dugaan korupsi hingga mencapai Rp 1,4 Triliun.


Di antara dugaan korupsi yang dilakukan Jefri Noer adalah Program Penyuluhan Perikanan, Pertanian, Peternakan dan Swadaya (P4S) dengan nilai mencapai Rp 70 Milyar. Jefri Noer diduga juga melakukan korupsi baju koko yang nilainya mencapai Rp 4 miliar.


"Selain itu, Jefri Noer juga melakukan dugaan biaya jalan-jalan ke Eropa bersama istri dan anaknya yang nilainya mencapai Rp 2 miliar," sebutnya. 


Para mahasiswa ini ingin agar seluruh rakyat indonesia tahu apa yang terjadi di Kabupaten Kampar. "Jikapun kami mati dalam aksi bakar diri, biarkan ini menjadi sejarah perjuangan keadilan hukum di negeri ini," ucapnya.


"jikalau sampai hari selasa kami tidak berjumpa dengan presiden RI. Maka saya selaku korlap GERAKAN RAKYAT KAMPAR (GERAK), yang telah melakukan aksi jahit mulut sejak 28 oktober 2014, akan melakukan aksi bakar diri di depan Istana Merdeka. Karena saya lebih memilih mati dari pada hidup di bawah penindasan dan ke zaliman pemimpin kami," pungkasnya.

Sementara itu, di Pekanbaru tepatnya di Simpang SKA Pekanbaru, sejumlah mahasiswa kembali menggelar aksi solidaritas penggalangan dukungan dan dana bantuan perawatan untuk tim GERAK yang di Jakarta. Aksi itu, sebagai lanjutan yang telah digelar kemarin di Kampus Universitas Islam Riau (UIR).


Seperti diberitakan sebelumnya, usai dari Gedung KPK, 4 Orang Mahasiswa asal Kabupaten Kampar yang datang ke Ibukota Jakarta dengan mulut dijahit, berencana akan tidur alias menginap di pepohonan yang tak jauh dari Istana Merdeka, markas Presiden RI Joko Widodo.



"Tadi 4 rekan kita itu, didampingi 6 orang lainnya, termasuk Korlap (Koordinator Lapangan) Anton, ditemui salah seorang Deputi KPK. Dari situ, kita akan menginap di pepohonan dekat Istana Merdeka," kata Rafi.


Dikatakannya, saat di KPK, pihaknya telah membeberkan sejumlah hal yang menyangkut tindak-tanduk Bupati Kampar Jefry Noer yang hingga kini seolah tak tersentuh hukum. Agenda berikutnya, kata Rafi, pihaknya berencana menemui pemimpin nomor satu di Republik ini, Jokowi.


Aksi ini digelar untuk menuntut jalannya penegakan hukum dan keadilan bagi warga Kampar. Kamis (30/10) kemarin, mereka tiba di Jakarta. Selama perjalanan, kondisi 4 orang itu kian melemah akibat tak makan.


KPK Terima Laporan

Setelah beberapa hari melakukan aksi jahit mulut dan mengancam akan melakukan bakar diri di Jakarta, akhirnya laporan Gerakan Rakyat Kampar (Gerak) terkait berbagai dugaan korupsi Bupati Jefry Noer diterima Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Setelah menerima, KPK berjanji segera menindaklanjuti laporan tersebut," kata koordinator Gerak Anton, dihubungi wartawan dari Pekanbaru melalui sambungan telepon, Rabu (5/11/14).

Diceritakan Anton, laporan itu diterima bidang pengaduan masyarakat. Penyidik berjanji akan menelaah laporan Gerak dan mengumpulkan barang bukti.


"Sekarang tinggal menunggu hasil saja. Kami akan memantau perkembangan kasus ini, seperti yang dijanjikan KPK," tegas Anton.

Menurut Anton, diterimanya laporan dugaan korupsi Jefry merupakan langkah awal untuk menyeret orang nomor satu di Kampar itu ke ranah hukum.


"Kalau berhasil, ini merupakan kemenangan bagi masyarakat Kampar. Kami siap memperjuangkan aspirasi rakyat, dari pada menjadi pecundang," ucap Anton.


Adapun kasus yang dilaporkan adalah dugaan korupsi korupsi baju koko, plesiren Jefry beserta keluarga ke Manchester Inggris dan dugaan penyelewengan APBD Kampar melalui Pusat Pelatihan Pertanian dan Perkebunan Sejahtera (P4S) di Kubang Raya.


Selama ini, Gerak memang intens menyuarakan korupsi yang diduga Jefry. Termasuk kasus penganiayaan yang dilakukan Eva Yuliana terhadap dua petani, Jamal dan Nur Asni, di Desa Birandang.

Kasus terkahir, sudah dihentikan penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Riau dengan mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3).

Dalam kasus baju koko, nama Jefry selalu disebut sebagai penggagas proyek tersebut. Bernilai miliaran rupiah, proyek itu dipecah ke bebarapa camat untuk menghindari tender.


Sementara dalam kasus plesiren, terdakwa HM Syafri, mantan Direktur BPR Sarimadu Bangkinang, Kampar, menyebut Jefry terlibat. Hal itu juga dikuatkan dengan petikan vonis hakim di Pengadilan Tipikor yang menyebut unsur keterlibatan Jefry.
Komentar

Tampilkan

  • Mahasiswa Kampar Nyaris Bakar Diri di Istana
  • 0

Terkini

Topik Populer