BERITA MERANTI, Jakarta — Lingkaran Survei Indonesia menilai Partai Golkar yang paling diuntungkan dari merebaknya kasus suap pembangunan wisma atlet SEA Games yang diduga melibatkan politikus Demokrat, M Nazaruddin. Mengapa?
Menurut pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, kuatnya kepercayaan publik bahwa Nazaruddin memang terlibat dalam kasus ini membuat publik mempertimbangkan untuk tidak memberikan suaranya lagi kepada Demokrat ke depannya. Survei LSI pada tanggal 1-7 Juni 2011 kepada 1.200 responden menunjukkan bahwa 42,4 persen publik akan berpikir ulang untuk memilih Demokrat lagi karena kasus Nazaruddin.Sementara itu, LSI juga menunjukkan perbandingan suara pemilih antara survei pada Januari 2011 dan survei terbaru bulan ini. Pada survei lalu, menurut Denny, 20,5 persen pemilih masih memberikan suaranya untuk Demokrat. Namun, dalam survei kali ini, suara pemilih turun ke angka 15,5 persen. Ada penurunan suara sekitar 5 persen dalam waktu sekitar lima bulan.
Lalu, lari ke manakah suara pemilih itu? Ternyata ada penambahan suara yang signifikan untuk Partai Golkar dalam perbandingan survei pada Januari dan bulan ini. Menurut Denny, 40 persen suara "hilang" itu lari ke Golkar, 9 persen ke PDI-P, 12 persen ke partai lain, dan 39 persen mengambang.
Survei mencatat Golkar mengalami peningkatan suara hingga 17,9 persen dalam survei yang terbaru dari survei sebelumnya sehingga menempatkannya lebih tinggi dari posisi partai besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
"Ini survei pertama yang kami katakan sejak 2009 di mana Demokrat tidak lagi menjadi nomor satu. Nazaruddin memiliki daya rusak yang cukup kuat dan Demokrat tak lagi menjadi nomor satu. Golkar diuntungkan sebagian karena limpahan Demokrat, sebagian karena program-programnya yang terus berjalan," lanjutnya.
Denny pun mengatakan suara "hilang" milik Demokrat lari ke Golkar karena kemiripan platform kedua partai tersebut. Menurut analisisnya, spektrum politik Indonesia menunjukkan Golkar dan Demokrat berada di sisi tengah antara paham nasionalis dan agamis.
"Golkar adalah partai yang paling menyerupai platform politiknya dengan Demokrat. Oleh karena itu, jika salah satu turun, yang satu pasti naik. Maka, kalau Demokrat turun, yang diuntungkan Golkar," tandasnya.
Sumber : Kompas