Koranriau.com, Pekanbaru - Edi Palembang, tiba-tiba
saja menjadi terkenal di Pekanbaru, setelah aksi-aksi nekatnya membuat cemas
warga di ibukota Provinsi Riau ini. Meski memiliki keberanian merampok bahkan
sampai tak segan-segan menembak orang yang menghalanginya hingga digelari
''raja tega'', ternyata Edi sebelumnya berprofesi sebagai sopir oplet.
Terungkapnya profesi sebenarnya Edi Palembang yang bernama lengkap Arkardinata
diketahui setelah pihak kepolisian menginterogasi teman Edi Palembang yang kini
diamankan pihak kepolisian bernama Farhan.
Menurut Farhan, sebelum terlibat dalam beberapa aksi perampokan, Edi adalah
seorang sopir di Pekanbaru. Namun Farhan tak menjelaskan oplet jurusan mana.
''Ternyata dulunya si Edi Palembang alias Dina, seorang sopir oplet. Yang
mengatakan Edi Palembang sopir itu Farhan saat dilakukan pemeriksaan,'' ujar
Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Robert Haryanto Watratan SH SSos MH melalui
Kasat Reskrim Kompol Hariwiyawan Harun SIK MIK di ruang kerjanya, Rabu (3/12/2014)
siang.
Pada pemeriksaan itu, Farhan juga mengungkapkan bahwa Edi Palembang pasca
menembak polisi, Brip Harianto Bahari, sempat ingin menjadi normal dengan
bekerja. ''Kalau dari keterangan atau hasil pemeriksaan si Farhan, Edi
Palembang, minta carikan pekerjaan," terang Kasat.
Farhan dan Edi Palembang bertemu di Lampung, sebelum peristiwa penyergapan yang
terjadi di Kembangan Jakarta Barat, "Karena mau minta pekerjaan, Farhan
lalu membawa Edi Palembang ke Jakarta. Katanya ingin bekerja di Jakarta," tutupnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Akral Dinata alias Dina alias Edi Palembang,
tersangka perampokan yang menembak mati seorang anggota Polsekta Senapelan,
Bripka Harianto Bahari, berhasil disergap polisi, Senin (1/12/2014) pukul 04.00
WIB dinihari tadi, di Jakarta Barat.
Dalam penyergapan, Edi akhirnya tewas setelah baku-tembak dengan polisi. Kabid
Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo membenarkan informasi tersebut.
"Iya, dinihari tadi," katanya.
Guntur menambahkan, dalam penyergapan yang melibatkan tim gabungan Polda Riau
dan Polresta Pekanbaru itu, pelaku sempat melakukan perlawanan dengan
'menghujani' polisi tembakan. Polisi yang tidak ingin lagi buruannya ini kabur,
juga membalas dengan tembakan.
"Sempat terjadi kontak senjata beberapa saat. Hingga akhirnya, pelaku
tewas di tempat setelah tertembus peluru," ulasnya.
Guntur mengakui, sejak kabur usai peristiwa penembakan anggota polisi Harianto
Bahari beberapa waktu lalu, pihaknya terus melakukan pengejaran. Hingga
akhirnya, diketahui tempat persembunyian Edi tersebut.
Seperti diketahui, Bripka Harianto Bahari tewas ditembak di bagian dada kiri
saat melakukan penyergapan terhadap buronan kasus perampokan, Edi Palembang Cs,
Minggu (9/11/2014) petang, di Jalan Kulim, Pekanbaru. Nyawa Harianto tidak
tertolong, saat dilarikan ke Rumah Sakit Tentara di Jalan Kesehatan.
Jejak Hidup
Nama Edi Palembang tidak asing di dunia kriminal. Ia
beraksi di sejumlah provinsi. 'Karier'-nya terhenti setelah ditembak mati
polisi di Jakarta.
Penembakan mati Edi disampaikan Kabid Humas
Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo, Senin (1/12/2014). Edi disergap di
Kembangan, Jakarta Barat, pada pukul 04.00 WIB. Turut disita sepucuk revolver,
6 butir peluru, 5 ponsel, dan 2 dompet.
Berdasarkan data Polda Riau, Edi bernama asli
Arkardinata alias Riki alias Dina. Usianya 38 tahun. Terakhir ia dipenjara di
LP Jambi dan berhasil kabur. Ia juga pernah ditahan polisi, dan lagi-lagi
berhasil kabur.
Meski ada embel-embel 'Palembang', Edi bukan
berasal dari Palembang Sumatera Selatan. Ia justru berasal dari Solok, Sumatera
Barat (Sumbar). Di sana, ia juga jadi DPO.
Tak tertutup kemungkinan, Edi terlibat dalam
perampokan Bank CIMB di Medan Sumatera utara untuk membiayai aksi terorisme di
Poso. Selain Edi, pelaku lainnya sudah ditangkap dan kini berada di bui.
Edi diidentifikasi sebagai bagian dari sindikat
perampokan lintas provinsi, terutama Jawa dan Sumatera. Saat persembunyiannya
di Senapelan, Pekanbaru, Riau, digerebek, Minggu (9/11/2014) lalu, ia berhasil
lolos dan menembak mati anggota Polsek Senapelan Bripka Harianto Bahari.
Sedangkan 2 temannya ditangkap polisi.
Licin bak belut, akhirnya jejak Edi terendus di
Jakarta Barat. Polda Riau dan Jatanras Polda Metro Jaya menyergap hari ini.
"Melihat pengalaman sebelumnya di mana tersangka selalu melakukan
penembakan terlebih dahulu, maka dengan sangat terpaksa dilakukan penembakan
dan akhirnya tersangka tewas," kata AKBP Guntur kepada detikcom.
Dua teman Edi diamankan. Dari hasil
identifikasi, keduanya berinisial BS yang berasal dari Padang dan FW (Lampung).
"Mereka ini komplotan perampok bersenjata lintas provinsi," ungkap
AKBP Guntur.
Sempat Terjadi Baku Tembak
Direktur Direktorat Reserse Kriminal
Umum (Dirkrimum) Polda Riau, Kombes Pol Arif Rahman Hakim mengemukakan,
perjalanan kelam Edi Palembang berakhir setelah personel polisi
menguntitnya.
"Pelaku kami kepung lalu terjadi
kontak senjata beberapa menit, EP sempat tertembus peluru, dan tewas di lokasi
penyergapan," kata Arif.
Edi Palembang dikenal gesit. Ia beberapa berhasil lolos
dari sergapan polisi. Ia pernah mengelabui polisi saat beraada di Sarolangun,
Jambi. Perampok yang berjuluk si raja tega itu juga lolos dari sergapan
Polda Riau pada bulan lalu.
Bahkan, Edi sempat menembak mati
Opsnal Reskrim Polsek Senapelan, Bripka Harianto Bahri, di Senapelan,
Pekanbaru, sekitar pukul 16.30, Minggu (9/11) lalu. Bripka Harianto yang
menderita luka tembak di bagian dada sebelah kiri, mengembuskan napas terakhir
ketika dilarikan ke RS Polri.
Penembakan diduga dilakukan dengan senjata
api jenis Rugermini yang dimodifikasi. "Mereka berlima melawan dan terjadi
kontak senjata. Dia berhasil kabur," ucap Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru
Kompol Hariwiyawan.
Polisi pun tak ingin patah arang.
Perburuan berlanjut hingga diketahui jejak Edi berada di kawasan rumah kumuh di
Jakarta. Polda Riau lalu berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya. Sebanyak 25
personel gabungan dua polda ini datang ke persembunyian Edi cs di Kembangan,
Jakarta Barat.
"Edi ini nekat main
tembak-tembakan dengan kita. Makanya seluruh tim yang menggunakan rompi anti
peluru. Kita tak mau ambil risiko," tutur Kompol Hari.
Dua teman Edi Budi Suman (BS) dan
Farhan Wijaya (FW). berhasil dibekuk tanpa perlawanan. Namun, Edi berbeda. Ia
memilih meladeni polisi dengan menggunakan revolver rakitan. Sebelum Edi
beraksi, polisi memilih menembaknya. Ia pun tewas di kloset kamar mandi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat
Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto menyebut, jasad Edi sudah dibawa ke
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk divisum.
Petualangan Akrardinata alias Dina
alias Edi Palembang (EP) berakhir sudah. Buronan keji ini
tewas setelah dihujani peluru aparat kepolisian, Senin pagi (1/12). Edi tewas
setelah polisi menggelar operasi bersama di sebuah rumah kontrakan milik
Mukmun.
Pria berusia 50 tahun itu menyewakan
rumahnya kepada Bj alias Bujang. Bujang merupakan rekan Edi selama masa
pengejaran tiga polda, yakni Polda Jambi, Polda Riau dan Polda Sumatera Barat.
"Dia tewasnya di sini, di atas kloset kamar mandi belakang," kata
Makmun kepada Tribun di Jakarta.
Tiada bercak darah di lokasi tewasnya
Edi. Beralamat di RT 006 RW 04 3A Kelurahan Serengseng, Kecamatan kembangan,
Jakarta Barat, kamar mandi berwarna biru itu minim cahaya lampu. Hanya terdapat
satu bak mandi kecil, dan satu kloset jongkok. Kendati minim cahaya lampu, dua
lubang bekas tembakan masih tampak terlihat di dinding kamar mandi.
"Ini ada dua lubang. Ini bekas
tembakan polisi," kata Makmun.
Kontrakan yang disinggahi Edi terdiri
tiga ruangan. Satu ruang tamu, kamar tengah untuk tidur dan kamar belakang
untuk mandi. Kondisi kontrakan tampak berantakan usai penggerebakan polisi
sekitar pukul 04.00 WIB. Beberapa bagian bangunan kontrakan juga rusak.
Pintu kontrakan terlihat hancur,
plafon ruang depan, kamar mandi dan dinding kamar mandi berlubang karena
tertembus peluru. Ketua RW setempat, Marjaji menyebut, kepada dirinya sempat
diperlihatkan petugas saat jenazah Edi akan dievakuasi dari kamar mandi.
"Saya sempat lihat jenazahnya pas
masih di kamar mandi, disampingnya memang ada pistol, pistol kecil. Saya
dikasih lihat fotonya di handpone polisi. Ditanya, sama enggak yang difoto
dengan yang ditembak. Saya bilang sama karena memang sama mukanya. Di dagunya
ada tahi lalat kecil," kata Marjaji.