BERITA MERANTI, Jakarta - Sudah dua pekan terakhir Nur Azwir (50-an), warga Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, punya pekerjaan tambahan. Setiap pagi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, ia mengeluarkan kursi, lalu mendudukinya di tepi jalan persis di depan rumah.
Jalan Cemara IV, Duri Kosambi. Ia melakukan itu karena pernah saat sedang duduk di depan rumah, ia melihat ulat bulu hijrah dari tanah kosong bersemak di tepi jalan dekat rumah. Ia langsung berdiri. Diinjaknya ulat bulu itu. ”Saya tak menjaga cucian dari maling, tapi ulat bulu. Kalau kena bisa gatal,” tuturnya.
Lahan kosong di depan rumah itu ditumbuhi tanaman liar yang oleh warga disebut kangkungan. Daun tanaman itu menjadi makanan
ulat bulu sekaligus sarang. ”Sebetulnya sudah rutin setiap tahun ada ulat, tapi tahun ini agak banyak,” tutur Darsi (35), tetangga Nur Azwir.
Warga khawatir ulat bulu itu bakal berkembang pesat seperti di Probolinggo, Jawa Timur.
”Lihat di televisi, seram juga. Kan, sekarang heboh sekali soal ulat bulu sama briptu itu,” tutur Nur Azwir sambil tertawa.
Briptu yang disebut ibu tiga anak itu ialah Brigadir Satu Norman, anggota Brimob Polda Gorontalo, yang tenar setelah video rekaman dirinya tengah menari dengan iringan lagu India saat bertugas diunggah ke dunia maya lewat situs Youtube.
Menurut Djoko Sinung, Kepala Seksi Pertanian pada Suku Dinas Pertanian dan Perikanan Jakarta Barat, jenis ulat bulu di Duri Kosambi adalah Lepidoptera lymantriidae, ulat bulu yang banyak ditemukan di Jakarta, bukan jenis baru seperti di Probolinggo. Akibat cuaca ekstrem, populasinya meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Saat seharusnya musim kemarau, masih ada hujan yang cukup deras.
Rumrowi Djamil, Kepala Balai Proteksi Tanaman pada Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, menambahkan, dari 31 laporan per telepon yang masuk ke instansinya tiga hari terakhir, hanya delapan yang terkonfirmasi, yakni tersebar di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Populasi di wilayah itu belum meledak seperti di Probolinggo. Sebagai contoh, di Duri Kosambi, populasi ulat bulu empat per meter persegi. Jika ”meledak”, populasi bisa 1.000 ulat per meter persegi.
Namun, pihaknya tetap mengantisipasi ledakan dengan memusnahkan ulat. Caranya melalui penyemprotan pestisida. Dia berharap warga tak khawatir berlebih, tetapi mengendalikan dengan menjaga kebersihan lingkungan dari tumbuhan liar, menjaga predator alami, seperti semut rangrang dan burung, agar tetap ada di sekitar daerah ”kekuasaan” ulat bulu. Karena keterbatasan personel, sebelum melapor, dia meminta warga lebih dahulu memastikan apakah benar itu ulat bulu.
”Tadi ada anak buah salah seorang anggota Dewan yang menelepon ada ulat bulu di rumahnya. Setelah dicek, hanya ulat keket (ulat hijau), ha-ha-ha,” tuturnya.