Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Indonesia Terancam Bahaya TBC Laten

Sulthan
Friday 1 April 2011, 4/01/2011 WIB Last Updated 2011-04-01T08:29:12Z
Jumlah Penderita Penyakit Menular Ini Makin Banyak
BERITA MERANTI – . Jakarta, Indonesia belum mampu memberantas tuntas penyakit tuberkulosis (TB atau TBC). Banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya telah terinfeksi kuman TB laten. Gara-gara tidak terdeteksi, jumlah penderitanya semakin banyak.
Penyakit ini bisa muncul sewaktu-waktu dan menular kepada orang lain lewat mulut yang tidak ditutup saat batuk. Penularan TB di Indonesia masih tinggi.
“Walaupun usaha kita menanganinya menunjukkan kemajuan, tapi tetap saja nomor lima di dunia dengan beban kasus TB terberat, bukan sesuatu yang bagus,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih dalam Kongres Nasional Tuberculosis di Jakarta, baru-baru ini.
Sekalipun mengalami penurunan di tahun 2009, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum bisa dikatakan berhasil menekan angka kematian akibat TB di tanah air. Total kematian penderita TB pada 2009 mencapai 61.000 orang.

Sejak tahun 2010 hingga sekarang, kata Menkes, tercatat 430.000 penderita TB baru. Korban penderita penyakit menular ini meninggal 61 ribu orang. Jumlah ini lebih kecil dibanding ke­jadian tahun 2009 yang mencapai 528.063 kasus TB dan 91.369 penderita meninggal.
Endang mengatakan, mayoritas penderita tidak sadar bahwa dirinya telah terinfeksi kuman TB laten. Kondisi seperti ini menghambat upaya pemberantasan penyakit tersebut.
“Karena tidak terdeteksi, jumlah penderitanya makin banyak,” ujar Menkes. Karena itu, lanjut­nya, sangat penting untuk mencari terobosan dan temuan baru kasus TB baik dalam pengoba­tan maupun layanan kepada pasien.
Peran Pemda Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam menemukan kasus baru sangat penting. Ke­bijakan penemuan kasus dapat dimulai melalui kader, untuk aktif melihat orang yang memiliki gejala penyakit itu. “Masyarakat seharusnya aktif melihat dan melaporkan orang di sekelilingnya yang menunjukkan gejala,” ujarnya.
Selain meningkatkan penemuan kasus TB, terobosan baru di antaranya inovasi dalam pemerik­saan juga perlu dilakukan tidak hanya lewat pemeriksaan dahak. Tetapi juga pemeriksaan TB le­wat darah. Hal lainnya perlu dilakukan bagaimana memperpendek pengobatan. Misalnya, memberikan suplemen dan obat untuk daya tahan tubuh.
Saat ini diperkirakan 54 persen pasien TB tidak berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan dan hampir 20 persen berobat ke dokter praktek swasta. Termasuk dokter spesialis dan klinik bersama.
Untuk itulah, Endang mengatakan, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas bisa digunakan untuk biaya operasional dalam penemuan dan pengendalian penyakit itu.
“BOK diberikan agar dibuat perencanaan sesuai kebutuhan yang ada di daerah termasuk dalam pengendalian TB. Dana yang disalurkan tersebut harus dapat digunakan sebaik-baiknya,” katanya.
Menkes mengemukakan, permasalahan penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya di daerah perkotaan, dengan tingkat kepadatan pendu­duk yang tinggi dan rumah yang minim sanitasi yang baik.
Menurut dia, TBC itu merupakan penyakit rakyat. Untuk mengatasinya, pemerintah perlu menyelesaikan masalah-masalah underline factor seperti kemiskinan dan pendidikan. Dia memberi contoh, lingkungan tempat tinggal yang kumuh dan berdesakan berpotensi besar mempercepat penularannya.
Menurutnya, kondisi lantai berupa tanah dan cahaya matahari yang kurang ke dalam rumah makin memudahkan kumannya menyebar. “Dari satu orang yang tertular TB, kira-kira menular ke 10 orang,” imbuhnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, perlu kesadaran masyarakat dalam menekan penyebaran penyakit menular ini. Apalagi, tutur Endang, pengobatan TBC butuh enam bulan untuk pulih.
TB disebabkan kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang pa­ru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Penyakit ini tergolong berbahaya setelah HIV-AIDS dan penyakit jantung. Gejala TB muncul seperti batuk berdahak selama tiga minggu atau lebih, diikuti demam, berat badan menurun, keringat malam hari tanpa aktivitas. Nafsu makan orang yang terserang juga menurun drastis, disertai nyeri dada dan batuk berdarah.
Komentar

Tampilkan

  • Indonesia Terancam Bahaya TBC Laten
  • 0

Terkini

Topik Populer