Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Korban Israel dan Palestina Putus Siklus Kekerasan

Sulthan
Sunday 3 April 2011, 4/03/2011 WIB Last Updated 2011-04-03T16:32:36Z
Korban Israel dan Palestina putus siklus kekerasan
BERITA MERANTI, Tel Aviv – Kekerasan di Israel dan Gaza baru-baru ini berisiko membuat satu lagi siklus balas dendam dalam konflik panjang yang tak berkesudahan ini. Realitas kekerasan yang tiada henti ini, yang telah melanda rakyat Israel dan Palestina selama beberapa dasawarsa, telah menyebabkan kerusakan parah yang sangat berdampak pada tatanan sosial dan budaya kedua masyarakat, dan memperburuk hubungan di antara mereka.
Saya kehilangan putra saya, David, dalam konflik berdarah ini. Ia dulu tengah menempuh studi master dalam bidang filsafat pendidikan. Ia ambil bagian dalam gerakan damai dan tidak mau mengabdi di wilayah pendudukan saat ditugaskan ke sana.
Bagi saya, berdialog dengan para siswa di sekolah tentang rekonsiliasi telah menjadi cara paling berarti untuk mengenang namanya.
Saya tergabung dalam sebuah organisasi akar rumput unik yang bernama Parents Circle – Families Forum (PCFF), yang terdiri atas orang-orang Israel dan Palestina yang telah kehilangan kerabat dekat mereka dalam konflik ini. Kami berasal dari semua kelompok masyarakat, yang
sama-sama punya satu hal: kami sama-sama mempunyai kepedihan yang sama, dan menyadari bahwa jika kami – orang-orang Palestina dan Israel yang telah membayar mahal – bisa mengerti perlunya solusi nirkekerasan bagi konflik ini, tentu keyakinan ini bisa menjadi contoh bagi orang lain.
Tujuan jangka panjang kami adalah menciptakan kerangka bagi sebuah proses rekonsiliasi yang akan menjelma menjadi suatu kesepekatan damai politik masa depan. Kekuatan kami berasal dari kerja-kerja kolaboratif anggota kami – yang kini lebih dari 600 keluarga – yang separo di antaranya adalah orang Palestina dan separo sisanya orang Israel.
Kerja paling penting kami di lapangan saat ini adalah menggelar pertemuan dialog di sekolah-sekolah. Dengan pertemuan-pertemuan ini, kami telah menjangkau lebih dari 25.000 siswa setiap tahun. Kami bicara dengan para siswa Palestina dan Israel berusia 16-17 tahun yang, sebagian besarnya, belum pernah saling bertemu. Datang ke ruangan kelas siswa Yahudi-Israel, dengan seorang teman Palestina yang menuturkan cerita pribadinya dan perjalanannya menuju rekonsiliasi, membukakan mata mereka pada kemanusiaan dan narasi pihak lain.
Bagi para siswa Yahudi Israel, ini boleh jadi adalah kesempatan pertama mereka mendengar tentang kehidupan sehari-hari orang Palestina yang hidup di bawah pendudukan. Bagi siswa Palestina, ini boleh jadi adalah pertemuan mereka pertama kali dengan orang Israel yang tidak berseragam tentara atau pendatang.
Siapa saja yang menghadiri pertemuan dengan para anggota Parents Circle memiliki perasaan saling percaya yang mendalam. Mereka mendengar cerita Nasra dari Nablus yang kehilangan dua putra, dan cerita Roni dari Tel Aviv, yang juga telah kehilangan dua putra dalam konflik ini. Bersama-sama mereka berdiri di hadapan ratusan orang, dan menuturkan tekad mereka untuk mencegah orang lain mengalami kepedihan yang sama. Aksi tulus bersama ini harus menjadi teladan bagi semua.
Salah satu unsur paling penting yang kami rasakan luput dalam wacana Arab-Israel adalah cerita-cerita nyata manusia. Karenanya, kami telah baru-baru ini memperkenalkan sebuah program yang menggunakan narasi personal untuk membangun kepercayaan, empati dan saling pengertian di antara rakyat Palestina dan Israel, melalui narasi pengalaman masing-masing yang serupa. Program ini memberikan kesempatan bagi ratusan orang Palestina dan Israel untuk menuturkan kisah mereka, dan berbagi tentang dampak paling pahit dari konflik ini.
Upaya terbaru kami berfokus pada media sosial sebagai sarana untuk melintasi perbatasan yang dilarang dan menciptakan percakapan di antara berbagai orang dari kedua pihak yang berkonflik. Prakarsa yang disebut “Sebuah celah di dinding” ini memungkinkan orang-orang Israel dan Palestina berhubungan, berbagi cerita dan saling mengenal secara langsung. Satu orang Palestina bicara dan 100.000 orang Israel akan mendengarkan; satu orang Israel bicara dan 100.000 orang Palestina akan mendengarkan.
Pengalaman pribadi kami telah menuntun kami pada keyakinan kuat bahwa setiap kesepakatan damai apa pun yang dicapai antara orang Israel dan orang Palestina tidak akan bisa bertahan tanpa proses rekonsiliasi sesungguhnya di antara kedua bangsa.
Kita semua telah menyaksikan para politisi yang menandatangani kesepakatan damai di halaman rumput Gedung Putih, tetapi ini hanya melahirkan gencatan senjata. Kami mengerti bahwa kita harus memungkinkan orang-orang untuk mengerti kebutuhan “orang lain”. Kami telah mempelajari banyak negara lain dan menyadari bahwa tanpa proses damai antarwarga kedua bangsa, dan sebuah kerangka rekonsiliasi yang cocok dengan kebutuhan budaya kedua bangsa, konflik ini akan berlanjut terus.
Dalam masa ketidakpastian dan perubahan ini, kita tidak boleh menyerah untuk berharap dan menunggu pemimpin baru. Kami yang lebih mengerti akibat-akibat kekerasan akan terus bekerja bagi martabat manusia dan kebebasan bagi semua.
Komentar

Tampilkan

  • Korban Israel dan Palestina Putus Siklus Kekerasan
  • 0

Terkini

Topik Populer